Pada
waktu yang tak pernah diam, tak kenal konstan, mengalir, beraturan, apa
adanya, namun kita yang lebih sering memuja sebagiannya, meratapi
sebagian lainnya, mencoba menghentikannya pada titik-titik tertentu
dimana tawa begitu mudah tercipta, berusaha mempercepat pada titik
ketidakberuntungan, namun ia menolak, menolak berhenti bahkan untuk
berlari.
Ialah hari ini, hari dimana waktu menurutku sama saja, ia berjalan, sama
seperti hari lainnya. Namun tidak menurutmu.
Kenapa?
Kemudian kamu jawab,
Menafsirkan waktu tak melulu soal hitungan stagnan menggunakan standar
paling baku sekalipun. Namun membahasakan waktu pada perjalanan
kehidupan ialah ia yang sesekali berhenti atau mungkin Berjalan lebih
cepat untuk mendukung setiap hamba dalam do'a, mimpi, dan segala hal
tentangnya.
Baarakallah fii umrik Istiq.