Monday, September 12, 2016

Menikah itu Artinya "Sendiri"

Aku senang sekali membaca tulisan-tulisan orang bijak disana tentang cinta, asmara, pernikahan dan rumah tangga. Beberapa kutipan seperti "Perempuan baik akan mendapatkan laki-laki yang baik, tapi tidak semua pasangan dipertemukan dalam kondisi sama-sama baik. Kadang yang satu baik yang satu belum baik, itu artinya bisa jadi yang baik dapat kesempatan mendapat pahala untuk membantu yang lainnya jadi lebih baik", "Menjadi baik itu proses seumur hidup" kira-kira seperti itu lah cuplikan buku karya kak Nazrul. Aku sangat terinspirasi sekali dengan kata-kata beliau sampai detik ini saat menulis blog ini.
Aku pikir kenapa kak Nazrul bisa menulis kata-kata inspiratif itu, itu karena kak Nazrul memiliki pengalaman. Sehingga bisa membagi pandangannya tentang pernikahan. Malam ini giliranku yang akan membagi pandangan tentang makna pernikahan. Namun sebelumnya izinkan aku memperkenalkan statusku saat ini. Aku resmi menjadi istri sejak 26 Mei 2016 lalu. Dan laki-laki yang (semoga selalu merasa) beruntung itu bernama Dadang Sumayudha. Siapa dia? Nanti aku kenalkan di tulisan berikutnya. 
Sebelum menikah, kami sempat menjalin hubungan dekat, sehingga sedikit pernah mengalami beberapa hal bersamanya, dari yang manis sampai yang kurang manis. Ketika mendapapati yang kurang manis darinya ketika itu (sebelum menikah), dalam hati menjadi takut menikah dengannya. Sebab apa?  Hampir semua perempuan hobinya curhat, terlebih ketika mereka dalam kesulitan atau kekecewaan atau apa lah. Termasuk aku. Meskipun ilmu agamaku masih minim, tapi aku tau bawasannya ketika dua orang menikah, itu artinya mereka harus menjaga aib satu sama lain. Terinspirasi kembali oleh tulisan kak Nazrul, di salah satu bukunya diceritakan seorang istri yang curhat kepada ibunya tentang suaminya yang ini itu, lalu ibunya menasehatinya, bahwa seorang istri harus menjaga aib suaminya. Hal ini lah yang membuatku sempat membuatku takut menikah.
Terbayang saat bernasalah dengan suami, aku dilarang bercerita pada siapapun, bisa gila sepertinya. Oh, jadi menikah itu artinya sendiri. Masalah dengan suami tak boleh diumbar-umbar kepada orang lain, bahkan ke orang tua kita atau mertua. Setelah menikah, benar saja hal itu aku alami, seperti rumah tangga yang lainnya, kadang ada kurang manisnya (*wajar), aku merasa sendiri. Tapi sampai sekarang Alhamdulillah aku tidak gila seperti yang aku bayangkan sebelumnya, sebab aku belajar bahwa semakin seorang hamba merasa sendiri semakin ia dekat dengan Tuhannya. Iyaa betul sekali, tak bisa curhat dengan orang lain, aku masih bisa curhat sama Allah, cepet tenangnya dan merasa Allah benar-benar dekat. Pun saat-saat manis, bersyukur dalam-dalam kepada Allah, sampai menangis. Jujur, aku lupa kapan aku terakhir menangis karena bahagia (bersyukur), tapi semenjak menikah rasanya tiap hari ingin menangis saat melihat suami tersenyum, tertawa, bahkan saat dia tidur. "Ya Allah makasih, ya Allah makasih" begitu lah dalam hati menyebut saat melihat wajah suami. Menikah di usia ini kadang merasa belum percaya. Aku kira aku bakal lama mendapat jodoh karena banyak aib disana sini yang mungkin tak semua laki-laki bisa menerimanya. Begitulah skenario Allah yang adil dan sesuai kebutuhan hambaNya. Jadi teman-teman yang belum menikah, maka siapkan hati kita untuk menjadi hati yang senantiasa mengingatNya. Karena tidak ada yang bisa mengerti 100% seseorang kecuali Tuhannya. 
Terakhir aku mau copy paste cuplikan inspiratif dari Azhar Nurun Ala, yang ketika aku baca, aku langsung bilang "bener banget!".
 "Maka saya setuju sekali dengan apa yang dikatakan Salim A. Fillah, pernikahan adalah proses saling mengenal tanpa akhir. Dalam proses saling mengenal itu, tentu ada hal yang menyenangkan ada yang tidak. Ada yang membanggakan ada yang tidak. Sehingga proses saling mengenal yang tak didahului oleh kesiapan untuk menerima hanya akan melahirkan perasaan kecewa, yang jika ditumpuk lama-lama akan sangat berbahaya."

Saturday, August 8, 2015

Berhenti

Aku ingin mempercepat titik ini. "Lelah?" Iya. "Terus kalau nanti berada di titik saat tawa muda tercipta, kamu memperlambat?" Iya. Lah  Memangnya waktu ini punya siapa? Seenaknya sendiri mau mempercepat. Waktu akan selalu konstan. Cepat atau lambat kau merasakan waktu tergantung kamu menikmatinya.

Monday, April 20, 2015

LUPA

Setelah melalui beberapa proses dan sesekali melihat pencapaian yang lain, hanya satu hal yang baru disadari. Kamu lupa TIQ!

Lupa tulusnya beribadah, padahal kamu tanpa Allah tak akan jadi kamu.

Lupa berbuat baik kepada sesama, padahal di dunia ini isinya bukan cuman kamu.

Lupa bagaimana rasanya lapar, sedih, sakit dan gagal, padahal rasa hidup bukan hanya manis lantas bahagia dan tertawa.

Lupa caranya bekerja keras, padahal petani saja tak akan panen jika mereka tak membajak sawahnya di bawah terik matahari.

Dan lupa cinta, rindu dan harapan orangtuamu kepadamu, padahal mereka tak pernah menuntut banyak hal. Ayah hanya ingin melihatmu menjadi anak Sholehah dan ibu hanya ingin melihatmu menjadi orang sukses. Kamu anak ayah sama ibuk kan TIQ??!!!

Lalu kamu masih lupa TIQ?

Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.


Monday, March 30, 2015

Cukup Engkau Saja

Allah.. Allah.. Allah..
Pisahkan kami saat ini jika kami berada di jalan yang salah.
Kuatkan hati-hati kami jika memang kami harus berpisah.
Arahkan selalu mata kami ke depan saja, agar kami tak menengok kembali jalan kami yang telah lalu.
Jadikan pendengaran kami satu arah, hanya mendengar panggilanmu, agar kami tak mendengar panggilan orang lain yang kami saja tak mengenal mereka. 

Allah.. Allah.. Allah..
Kenapa hamba mendikteMu ini itu.
Padahal sudah jelas Engkau akan memberikan yang terbaik untuk kami.

Allah.. Allah.. Allah..
Cukup Engkau saja yang tau apa yang ada di dalam hati-hati kami saat ini.





Wednesday, February 25, 2015

Awas, Menghakimi Orang Baper bisa Membunuhnya*!

"Baper banget sih lu" "yaelah lu dikit-dikit bawa perasaan" "lu kenapa sih semuanya dimasukin hati" adalah kalimat penghakiman untuk orang-orang yang hatinya tak sekuat atau bahkan tak sepeka yang menghakimi. Bukankah perasaan itu bagian dari fitrahnya manusia? Lalu mengapa harus menghakimi bahkan menjauhi? Kalau ditanya dari mana asalnya perasaan yang sering dipermasalahkan itu, siapa yang bisa jawab? Segala perasaan itu datangnya tiba-tiba tanpa diminta. "Iya sih, Tapi nggak usah lebay juga kali sampek segitunya". Penghakiman atas perasaan yang negatif kalian tujukan pada siapa? Orangnya? Salah! Bahkan orang yang kalian salahkan juga tak ingin memiliki perasaan negatif itu. Sungguh tak ingin. Sering kali mereka mencoba meredam mati-matian semua perasaan negatif itu, menghakimi diri sendiri atas perasaan itu, bersujud pada Tuhannya lalu memohon maaf atas perasaan negatif itu. Namun Tak banyak mereka yang berhasil berdamai dengan hatinya yang dipenuhi perasaan negatif itu. Hingga tak tahan dan memilih bercerita pada kalian, berharap kalian dapat menetralisir perasaan negatifnya, lalu kalian tanpa merasa berdosa malah menghakiminya. Tak terpikir kah kalian kalau penghakiman kalian bisa membunuh mereka secara perlahan? "ahh lebai, nggak mungkin!", lho kenapa tidak? Buktinya banyak orang bahkan anak-anak yang bunuh diri karena merasa tak ada lagi yang peduli dengan perasannya. Iya kan? Tak semua orang memiliki hati yang keras seperti kalian, yang tak peka dan tak mudah tersentuh bahkan egois. Sungguh tega. Coba lah Berhenti menghakimi mereka. Kalian hanya cukup untuk membantu mereka membuka pikiran agar mereka bertindak tak hanya atas dasar perasaan namun juga logika pikiran. Itu kan yang kalian mau dari mereka? Lalu kenapa tak kalian bantu mereka membuka pikirannya selama ini? Mulailah peka dengan perasaan mereka. Berhenti lah "Kalau aku jadi dia, aku nggak akan sesedih itu. Nggak akan seterpuruk itu. Biasa aja tau harusnya", sebab pada umumnya Allah menciptakan setiap manusia tak ada yang sama, baik rupa maupun hatinya. 


"yang nulis lebay! Baper banget." 
"Baper tanda aku masih manusia, punya perasaan yang pasti ada"

Bagi yang merasa sering baper, mulai membiasakan membuka pikiran ya. Kalau orang lain tak peduli dengan perasaan kalian, jangan makin baper. Lakukan hal lain yang bisa menghilangkan perasaan dan pikiran negatif kalian. Lakukan apa yang membuat kalin senang selagi itu masih dalam koridor yang benar. 

Heii Baper-ers la tahzan! innallaha ma'ana..
(Heii Baper-ers jangan sedih! sesungguhnya Allah bersama kita...)
Dan Ingatlah Allah maka hati akan tenang. InsyaAllah nggak sering Baper lagi :)
Semangat melawan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran negatif dalam diri kita. 

Friday, January 16, 2015

PENCURI RINDU

Mencuri-curi rindu.
Semoga jarak tak melihatnya.
Kalaupun jarak melihat rindu yang kucuri, semoga ia tak menghukumku dengan menambah jarak-jarak lainnya.
Berteman sabar dan ketakwaan.
Dihiasi doa-doa terindah aku diami jarak-jarak ini.
Meskipun ada warna kecurangan untuk mencuri rindu, ahh semoga Tuhan memafkan pencuri rindu ini.

Monday, November 17, 2014

Kakak #Hapus


Haloo kakak apa kabar? Sehat kan? 
Hmmm spertinya aku mau flu, dari tadi siang pusing ihh kepalanya. Hmm entah karena sakit atau karena habis nangis #ehh


Kak, dia sudah dewasa sekarang. Iya, suka sama mbak-mbak yang cantik. Lebih cantik dari aku emang, hahha. Tak apa lah. Aku masih punya kakak yang setia menjaga hati disana. Aku saja yang masih seperti ini. Ahh toh sekarang sudah berubah kak. Dia sudah berpaling. Mungkin ini benar-benar waktu yang tepat untuk fokus ke kakak. *cie kakak senyum-senyum.

Tapi aku nggak mau munafik sihh kak. Aku masih sayang dia. Hallah apa lah ini sayang-sayangan. hehhe. Yaa begitu lah kak pokoknya. Tapi kali ini sudah aku takadkan bulat-bulat untuk menyudahi, menjauhkannya dari pikiran meski kadang muncul sebuah kerinduan. Mengikhlaskannya sedikit susah kak, jangan heran jika harus ada air mata 2 hari ini. Biar aku nggak mengungkit-ungkit masa lalu, aku sudah hapus sms, chat fb, DM twitter, note fb, chat WA dan segala macam yang bisa membuatku ingat masa-masa itu. Gaya lah yaa hahha. 

Doakan aku istiqomah kak, agar nanti ketika aku bertemu kakak, tak ada nama di hati ini. Kosong. Sengaja untuk kakak isi dengan warna-warni kebersamaan kita nanti. Karena hidup tak cukup dengan sebuah warna saja, iya kan kak?

Sumber Gambar : http://twicsy.com/i/mJnhob