Saturday, August 8, 2015

Berhenti

Aku ingin mempercepat titik ini. "Lelah?" Iya. "Terus kalau nanti berada di titik saat tawa muda tercipta, kamu memperlambat?" Iya. Lah  Memangnya waktu ini punya siapa? Seenaknya sendiri mau mempercepat. Waktu akan selalu konstan. Cepat atau lambat kau merasakan waktu tergantung kamu menikmatinya.

Monday, April 20, 2015

LUPA

Setelah melalui beberapa proses dan sesekali melihat pencapaian yang lain, hanya satu hal yang baru disadari. Kamu lupa TIQ!

Lupa tulusnya beribadah, padahal kamu tanpa Allah tak akan jadi kamu.

Lupa berbuat baik kepada sesama, padahal di dunia ini isinya bukan cuman kamu.

Lupa bagaimana rasanya lapar, sedih, sakit dan gagal, padahal rasa hidup bukan hanya manis lantas bahagia dan tertawa.

Lupa caranya bekerja keras, padahal petani saja tak akan panen jika mereka tak membajak sawahnya di bawah terik matahari.

Dan lupa cinta, rindu dan harapan orangtuamu kepadamu, padahal mereka tak pernah menuntut banyak hal. Ayah hanya ingin melihatmu menjadi anak Sholehah dan ibu hanya ingin melihatmu menjadi orang sukses. Kamu anak ayah sama ibuk kan TIQ??!!!

Lalu kamu masih lupa TIQ?

Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.


Monday, March 30, 2015

Cukup Engkau Saja

Allah.. Allah.. Allah..
Pisahkan kami saat ini jika kami berada di jalan yang salah.
Kuatkan hati-hati kami jika memang kami harus berpisah.
Arahkan selalu mata kami ke depan saja, agar kami tak menengok kembali jalan kami yang telah lalu.
Jadikan pendengaran kami satu arah, hanya mendengar panggilanmu, agar kami tak mendengar panggilan orang lain yang kami saja tak mengenal mereka. 

Allah.. Allah.. Allah..
Kenapa hamba mendikteMu ini itu.
Padahal sudah jelas Engkau akan memberikan yang terbaik untuk kami.

Allah.. Allah.. Allah..
Cukup Engkau saja yang tau apa yang ada di dalam hati-hati kami saat ini.





Wednesday, February 25, 2015

Awas, Menghakimi Orang Baper bisa Membunuhnya*!

"Baper banget sih lu" "yaelah lu dikit-dikit bawa perasaan" "lu kenapa sih semuanya dimasukin hati" adalah kalimat penghakiman untuk orang-orang yang hatinya tak sekuat atau bahkan tak sepeka yang menghakimi. Bukankah perasaan itu bagian dari fitrahnya manusia? Lalu mengapa harus menghakimi bahkan menjauhi? Kalau ditanya dari mana asalnya perasaan yang sering dipermasalahkan itu, siapa yang bisa jawab? Segala perasaan itu datangnya tiba-tiba tanpa diminta. "Iya sih, Tapi nggak usah lebay juga kali sampek segitunya". Penghakiman atas perasaan yang negatif kalian tujukan pada siapa? Orangnya? Salah! Bahkan orang yang kalian salahkan juga tak ingin memiliki perasaan negatif itu. Sungguh tak ingin. Sering kali mereka mencoba meredam mati-matian semua perasaan negatif itu, menghakimi diri sendiri atas perasaan itu, bersujud pada Tuhannya lalu memohon maaf atas perasaan negatif itu. Namun Tak banyak mereka yang berhasil berdamai dengan hatinya yang dipenuhi perasaan negatif itu. Hingga tak tahan dan memilih bercerita pada kalian, berharap kalian dapat menetralisir perasaan negatifnya, lalu kalian tanpa merasa berdosa malah menghakiminya. Tak terpikir kah kalian kalau penghakiman kalian bisa membunuh mereka secara perlahan? "ahh lebai, nggak mungkin!", lho kenapa tidak? Buktinya banyak orang bahkan anak-anak yang bunuh diri karena merasa tak ada lagi yang peduli dengan perasannya. Iya kan? Tak semua orang memiliki hati yang keras seperti kalian, yang tak peka dan tak mudah tersentuh bahkan egois. Sungguh tega. Coba lah Berhenti menghakimi mereka. Kalian hanya cukup untuk membantu mereka membuka pikiran agar mereka bertindak tak hanya atas dasar perasaan namun juga logika pikiran. Itu kan yang kalian mau dari mereka? Lalu kenapa tak kalian bantu mereka membuka pikirannya selama ini? Mulailah peka dengan perasaan mereka. Berhenti lah "Kalau aku jadi dia, aku nggak akan sesedih itu. Nggak akan seterpuruk itu. Biasa aja tau harusnya", sebab pada umumnya Allah menciptakan setiap manusia tak ada yang sama, baik rupa maupun hatinya. 


"yang nulis lebay! Baper banget." 
"Baper tanda aku masih manusia, punya perasaan yang pasti ada"

Bagi yang merasa sering baper, mulai membiasakan membuka pikiran ya. Kalau orang lain tak peduli dengan perasaan kalian, jangan makin baper. Lakukan hal lain yang bisa menghilangkan perasaan dan pikiran negatif kalian. Lakukan apa yang membuat kalin senang selagi itu masih dalam koridor yang benar. 

Heii Baper-ers la tahzan! innallaha ma'ana..
(Heii Baper-ers jangan sedih! sesungguhnya Allah bersama kita...)
Dan Ingatlah Allah maka hati akan tenang. InsyaAllah nggak sering Baper lagi :)
Semangat melawan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran negatif dalam diri kita. 

Friday, January 16, 2015

PENCURI RINDU

Mencuri-curi rindu.
Semoga jarak tak melihatnya.
Kalaupun jarak melihat rindu yang kucuri, semoga ia tak menghukumku dengan menambah jarak-jarak lainnya.
Berteman sabar dan ketakwaan.
Dihiasi doa-doa terindah aku diami jarak-jarak ini.
Meskipun ada warna kecurangan untuk mencuri rindu, ahh semoga Tuhan memafkan pencuri rindu ini.